15 December 2009

ILMU YAKIN !

Hamdan baru saja lulus dari pondok pesantren di jawa timur. Ia pulang ke rumahnya di bogor, di daerah warung jambu, Pajajaran. Karena baru saja lulus Madrasah Aliyah (setingkat SMA), Ia ingin melanjutkan studinya di ITB. Rentang waktu dua bulan dari masa kelulusan hingga perkuliahan, Ia gunakan untuk kembali bersosialisasi dengan teman-temannya dan masyarakat sekitar yang telah Ia ‘tinggalkan’ selama kurang lebih enam tahun sejak Hamdan lulus SD.

Ternyata, sosialisasi yang Ia rencanakan tidak berjalan mulus, masyarakat kota Bogor yang sudah menjurus ke individualis, mengakibatkan proses sosialisasi Hamdan agak terganggu, apalagi Ia lulusan pesantren, yang anggapan masyarakat disana, Hamdan pasti sangat religius, tidak fleksibel dan anti ‘pergaulan’ ala masyrakat kota.

Tetapi, anggapan itu ingin Hamdan bantah. Ia tetap melakuan pergaulan dengan masyarakat dan juga tentunya dengan teman-teman masa kecilnya dulu yang sekarang sudah beranjak remaja seperti Hamdan. Dalam proses pergaulannya, ternyata Hamdan juga ingin menerapkan nilai-nilai agama yang luhur pada teman-temannya. Hamdan pun ingin cara yang unik agar sosialisasinya berjalan lancar dan bermanfaat. :)

Pada suatu siang, teman-teman Hamdan sedang berkumpul di pinggir jalan Pajajaran, tempat biasa anak-anak remaja nongkrong, Ia melihat disana ada Feri, Anjar dan Kamal, semua temannya ketika Hamdan kecil. Lalu Hamdan menghampiri mereka bertiga dan berusaha akrab. “rokok...” Hamdan menawarkan rokok pada teman-temannya. Satu persatu teman-temannya mengambil rokok dan menyalakannya. “Dan, lu kan dari pesantren, pasti punya ilmu yang kita gak punya, ya gak?” Feri mengawali pembicaraan dengan bahasa betawi tapi berlatar logat sunda Bogor yang khas. “ilmu apa?” Hamdan menimpali agak sedikit bingung. “ilmu, Dan! Yang di sekolah kita gak dapet” Kamal menambahi, sekaligus mengompori Hamdan. “Ooh.. Ilmu agama?” Tanya hamdan. “bukan! Ilmu yang bisa ngelancarin semua urusan, Dan! Model ilmu-ilmu sakti gitu…” Anjar ikut-ikutan mengompori. “Ooh.. ada dong!” cetus Hamdan sambil agak berpikir. “emang lu pada pengen apa, sih?” sambil menghisap rokoknya Hamdan mencoba meng-eksplor keinginan teman-temannya. “gini, Dan..” Feri langsung mendekati hamdan dan hendak mengutarakan keinginannya “Gue tuh pingin nembak cewek, si Desi itu anak gank badak. Gimana? Lu bisa Bantu gue gak? Pake ilmu yang lu dapet di pesantren” aku Feri. “Oh itu! Ada-ada. Bisa!” jawab Hamdan sambil tersenyum tapi juga berpikir. “kalo gue gini, Dan…” gantian Anjar mendekati hamdan sambil membuang puntung rokok yang telas habis, “gue kan pingin kuliah di ITB, sama kaya elu, tapi kayanya kalo ngandelin otak n ijazah gue gak mungkin. Gue juga pingin ilmu dari elu yang bisa buat gue lulus ujian masuk ITB. Lu kan udah masuk lewat jalur PMDK. Gimana? Punya gak? Ada, kan pasti?!” Anjar bertanya sekaligus juga berharap. “Ya ada. Semuanya ada” jawab Hamdan enteng. “kalo elu gimana, Mal? Tanya Hamdan ke Kamal yang sedari tadi diam. “gak. Gue mah gak pingin apa-apa” jawab Kamal. “oh.. ya udah. Gini aja, Lu bertiga nanti ashar harus ke masjid. Ketemu gue disana. Nanti gue kasih tau caranya. Oke?” ajak Hamdan. “oke!” jawab Feri semangat. “Dan, kenapa gue juga harus ke masjid? Kan gue gak pingin apa-apa. Gak minta apa-apa dari elu?” Tanya Kamal penasara. Hamdan menjawab sekenanya saja “ini syarat. Jadi semuanya harus datreng ke masjid nanti” “iya, udah tinggal dateng aja lu susah banget” sahut Anjar. “iya dah..” Kamal menyerah juga.

Feri, Anjar dan Kamal sore itu bersemangat sekali pergi ke masjid. Mereka sudah tidak sabar ingin mendapat ‘ilmu’ dari Hamdan yang akan memuluskan rencana mereka. Kemudian mereka duduk-duduk di pelataran masjid berniat menunggu Hamdan. Tidak lama kemudian Hamdan datang dengan pakaian muslim, karena memang ingin sholat ashar. “kok pada disini aja? Ayo masuk dulu, wudlu dulu, trus sholat ashar dulu” ajak Hamdan pada ketiga temannya. Langsung saja ketiga temannya menuruti perintah Hamdan tanpa banyak bertanya, tanpa banyak bicara. Sepertinya mereka akan melakukan apapun perintah Hamdan untuk mendapatkan ‘ilmu’nya.

Selesai shalat, mereka langsung duduk di beranda masjid menunggu Hamdan selesai shalat dan dzikirnya. Terlihat Feri dan Anjar sangat sudah tidak sabar. Sepuluh menit kemudian, Hamdan pun keluar dan mendatangi ketiga temannya. “gini, ilmu gue itu berupa doa-doa yang harus lu amalkan di setiap waktu-waktu tertentu. Doa-doa itu udah gue catet di kertas ini. Ini kertas buat Feri…” Hamdan memberikan secarik kertas bertuliskan tiga doa, “yang ini, Fer. Ini lu baca pas lu masuk n keluar dari wc..” tunjuk Hamdan pada baris doa pertama di kertas kecil itu. “terus, doa yang kedua ini, harus lu baca pas keluar rumah. Nah, yang ketiga ini, lu baca pas lu mau makan” Hamdan menjelaskan perlahan. Feri pun mengangguk-angguk. Tapi sebenarnya Ia bingung. “kok banyak begini, Dan? Trus gimana cara gue makenya? Setiap hari gitu? Apa sebelum gue nembak si Desi?” “Ya setiap hari lah! Dari mulai sekarang. Emang kapan lu nembak tu cewe?” Hamdan balik bertanya, “minggu depan” “ya brarti dari sekarang harus lu laksanakan. Di amalkan. Dilakoni dengan sungguh-sungguh dan elu harus yakin pasti berhasil” “iya, deh..” jawab Feri. “kalo gue gimana, Dan?” Tanya Anjar sudah tidak sabar “sama punya lu juga, Jar. Nih kertasnya. Tapi ada satu doa tambahan. Ini harus dibaca pas lu mau belajar. Pas lu mau mendalami materi ujian masuk itu. Oke?” terang Hamdan sambil membuka dan menujukkan kertasnya pada Anjar. “oke deh. Eh, brarti gue harus belajar dong?” Anjar malah balik bertanya. “ya iya. Itu salah satu syaratnya juga.. dan juga, elu harus yakin pasti berhasil!” jawab Hamdan mantap. Hamdan kemudian melanjutkan penjelasannya “semua ini harus elu pade laksanain dari sekarang. Kalo mau lebih mantep, suruh Kamal juga ikut baca. Biar tambah hebat hasilnya. Terus, mulai dari sekarang, elu pada harus shalat di masjid ini. Ini amalan tambahan tapi juga membantu. Sangat mempengaruhi malah. Sangat mendukung keberhasilan rencana elu semua. Oke? Ngarti gak nih?” “iya ngarti..” jawab mereka serentak.


Singkat cerita, Satu minggu, dua minggu dan tiga minggu kemudian, Hamdan selalu tersenyum sendiri dan juga bahagia. Karena Ia sering melihat ketiga temannya shalat berjamaah ke masjid. Minggu kedua trakhir, Hamdan yang ketika itu sedang membaca buku di rumahnya, didatangi oleh ketiga temannya itu. Mereka terlihat sumringah, senang dan ingin mengatakan sesuatu pada Hamdan. Ketika mereka sudah berkumpul di teras depan rumah Hamdan, Feri langsung mengungkapkan “thanx, bro! gue sukses! Gue diterima ama si Desi! Doa lu manjur banget!” bersemangat sekali Feri meneragkan. “gue juga, Dan! Gue keterima di ITB! Itu gue tau dari sodara gue yang kerja disana. Makasih berat, ya Dan?!” Anjar menambahkan, tak kalah semangat. Hamdan tersenyum. Ia menatap ketiga temannya. Kemudian, Kamal mendekati Hamdan “Nah, sekarang bagian gue, Dan! Gue juga pingin sesuatu. Tapi nanti gue ngomong berdua aja ama elu ya?” Kamal akhirnya mengutarakan keinginannya. “oke! Feri, Anjar, sini! Ikut gue kedalem. Mau gue terangin sesuatu ke elu berdua” ajak Hamdan pada Feri dan Anjar. “elu disini dulu, Mal! Lu kan belom dapet apa yang lu mau” kata Hamdan.

Setelah masuk ke rumah Hamdan yang ketika itu kebetulan kosong, Hamdan menerangkan sesuatu pada Feri dan Anjar, “Gini, gue mau kasih tau rahasia yang sebener-benernye tentang ilmu gue itu ke elu berdua. Tapi lu jangan certain ini ke Kamal dulu. Nanti aja. Oke? Soalnya dia kan belom mengamalkan amalan-amalannya” feri dan Anjar mengangguk-angguk, “sebenernya, doa-doa yang gue kasih ke lu berdua itu, Cuma doa sehari-hari. Doa yang biasa dibacain buat aktifitas kita sehari-hari. Doa masuk n keluar wc, doa meninggalkan rumah, doa mau makan, doa mau belajar. Itu semua doa biasaa. Gak ada hubungannya ama keinginan lu berdua” “ooh..” Feri dan Anjar memperhatikan “trus yang sholat berjamaah, itu juga amal ibadah yang diperintahkan dari dulu. Gak hanya sekarang. Gue Cuma pingin lu berdua rajin sholat. Itu aja! Nah, mengenai tujuan lu masing-masing, hubungannya ada, tapi Cuma sedikit. Yang pasti gue pingin lu berdua jadi ibadah lagi…” “tapi kenapa berhasil?? Semuanya lagi! Gue n Anjar?!” sergah Feri, “itu dia, disini gue temuin fakta baru. Tadinya gue juga gak yakin bakal berhasil, tapi ternyata ada hubungannya antara keinginan lu, ‘ilmu’ dari gua, dan amalan-amalannya. ‘Ilmu baru’ gue dapet disini. Namanya ILMU YAKIN!” jawab Hamdan mantap. “apaan, tuh?” Tanya mereka serempak, “jadi, sebelum gue ngasih doa-doa n persyaratan buat mulusin rencana-rencana elu itu, Feri n Anjar kan belum punya keyakinan yang kuat kalo elu berdua pasti bisa, pasti berhasil. Nah, setelah elu berdua dapet ‘sesuatu’ dari gue, elu berdua baru YAKIN! Gue sebut sesuatu itu sebagai ‘sugesti’, setelah dapet sugesti itu, elu berdua jadi YAKIN. Dan sebebernya, ILMU YAKIN itu yang mengantarkan elu berdua pada keberhasilan masing-masing. Jadi, doa-doa n amalan dari gue itu sifatnya pendorong ke-YAKIN-an elu berdua, penambah ke-YAKIN-an akan keberhasilan rencana elu berdua, sugestif. Nah, ini juga yang mau gue kasih ke si Kamal. Makanya elu berdua jangan cerita-cerita dulu ama dia. Ok?” jelas Hamdan panjang lebar. “Ooh gitu… Oke deh.. jadi, intinya, mulai sekarang, apapun keinginan gue, gue harus YAKIN ya?” Tanya Anjar “yup! Dan juga usaha! Sama kaya tadi gue ngasih persyaratan ke elu berdua, plus doanya jangan lupa!” tambah Hamdan bersemangat. “oke deh…” jawab Feri n Anjar sambil keluar rumah. Stelah melihat Kamal yang duduk diluar rumah Hamdan, Mereka berdua tersenyum dan langsung pulang. “sukse buat lu, Mal!” kata Feri.

Kini, tinggal Kamal dan Hamdan berdua. Lalu, mulailah Hamdan melancarkan ‘aksinya’.. .. .. ( bisa ditebak ) J J J

0 komentar:

Theme images by andynwt. Powered by Blogger.

Blogger templates

 

© Kehidupan, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography