31 January 2010

Doa Seorang Perempuan

Doa ini ditulis oleh seorang Perempuan...

***

" Berjanjilah bahwa Allah Tuhanmu sampai kapan pun,,

Berjanjilah kau akan mencintai keksaih-Nya seperti kau mencintai kekasihmu,,

Berjanjilah hanya akulah yang halal bagimu,,

Berjanjilah kau tidak akan mengotoriku dengan kehinaan,,

Berjanjilah kau akan memuliakanku sebagai seorang yang kau cintai lahir bathin,,

Berjanjilah kau akan melindungi fitrahku,,

Berjanjilah kau tidak akan merusak keindahanku,,

Berjanjilah kita akan bergandengan tangan menuju surga-Nya,,

Berjanjilah kau tetap menjadi dirimu yang taat,,

Berjanjilah memeluk islam sampai nyawamu kembali,,

Berjanjilah agar menjadikan iman sebagai pedoman hidupmu,,

Berjanjilah agar menjadi insan yang mulia,,

Berjanjilah kau akan menjadi imam yang baik bagiku kelak,,

Berjanjilah kita bersama-sama menjadi musuh syaitan,,

Berjanjilah kau akan menjaga nama baik keluargaku,,

Berjanjilah kau akan tetap menjadi kemuliaanku,,

Berjanjilah kau akan menutupi aibku jika aku bersalah,,

Berjanjilah itu demi Tuhan kita bersama, Allah SWT,,

Berjanjilah itu semua untukku, untuk kita kelak...

***

thanx 4 githa... :-)
26 January 2010

Safety Usefull Facebook, huh?!


Notes ini ditulis oleh seorang Perempuan…
***

Judul asli: Hati-hati, Bro Sama Akhwat Facebokiyyah ...

***

Dulu aku mengenalmu,
Sejak pertama komentar di statusmu,
Lalu kau balik komentar di statusku
Semua interaksi yang terkesan biasa
komentar yang semua biasa.

Suatu hari aku tersentak kaget,
Dengan statusmu yang sama dengan statusku,

Di wall mu dan di wall ku tertulis:
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`” (QS. Al-Baqarah:75)

Aku lagsung koment, bilang kalau status kita sama,
Kau tampak biasa, aku pun sama

Beberapa hari berikutnya
Di wall ku tertulis:
“Kebajikan itu ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain. (HR. Muslim)”

Kau langsung koment, status kita sama lagi,
Beberapa kali berikutnya begitu
Lagi dan lagi
Dan bukan hanya sekali dua kali

---------------------------------------------

Semakin lama kita semakin dekat
Interaksi seakan begitu padat
Dari situ aku mulai terpikat
Betapa hati ini seakan terikat



------------------------------------------
Yang begitu membuatku semakin kaget
Pada hari itu,
Handphoneku berdering, dari no. tanpa nama
Aku angkat…
Salam dari Suara ujung sana terdengar
Suara seorang ibu.

“Assalamu’alaikum.. Nak”,
“wa’alaikumsalam Bu,”

“Koq, suaramu seperti seorang perempuan Nak?”
“Aku memang perempuan Bu,”

Belakangan baru aku ketahui,
Bahwa itu Ibumu,
Yang nyasar ingin menelponmu
Tapi malah sambung ke no.ku

No. HP kita ternyata hanya berbeda satu angka,
Dan itu membuat ibumu nyasar menelponku.

Tidak tahu, apakah ini hanya kebetulan semata?
-----------------------------------
Sejak itu, obrolan berlanjut via HP.

Bercanda,
Berkenalan,
Aktifitas apa?
Kuliah di mana?
Jurusan apa?
Semester berapa?
Dan lain-lain...



Lagi - lagi aku terkesima
Jurusan kita ternyata sama

Aku semakin Tak mengerti, apakah ini masih di anggap kebetulan semata?
----------------------------
Beberapa hari berselang
Kau mulai mengurangi ritme interaksi kita
Aku tidak paham
Kau pun mulai diam
--------------------------------
Dalam perjalananku pulang kampung waktu itu
Malam ku sendiri tak terlelap
Dalam kereta,
Aku mencoba membuka akunmu

Tak bisa terbuka,
Ternyata kau meremove ku
Aku menangis,
Aku pun risau,
Apakah salah ku?
Mencoba untuk tetap tenang dalam tidurku

Mimpi…mimpi…
Mimpi yang membuatku bangun seketika
Di tengah malam itu




Perasaanku semakin tak enak,
Gemetar tubuhku,
mengetik SMS untukmu,
ku awali menanyakan sujud mu malam ini?
Dan menanyakan
Apa alasanmu meremove akunku?

Ku tunggu balasanmu
Tak ada

Akupun mendesak mu
Tolong dibalas
Agar aku bisa tenang
Agar aku bisa kembali bermimpi




-----------------------------

Cahaya pagi mulai menyapa
Menembus sela-sela ruang yang menerpa
Kau membalas SMS itu,
Kau bilang tidak ada apa-apa

Kau meminta ku
Untuk SMS seperlunya
Tanpa canda,
Tanpa sia-sia,
Tanpa ada kata percuma,

Waktu pun ikut berbicara
Tidak juga di atas jam 9 malam,
Tidak dini hari,
Tidak usah mengingatkan Sujud malammu

Kau bilang takut menimbulkan fitnah
termasuk untuk menetralisir perasaan
dan untuk meremove ku dari fikiranmu.




Aku sepakat dengan syaratmu.
Aku pun menangis sejadi-jadinya,
Ternayata selama ini aku begitu,




-------------------

Semua Akun FB ku, kau blokir
No.HP mu kau ganti
Semua celah kau tutup rapat

Tak ada komunikasi
Tak ada lagi interaksi

Aku memilih sepi,
memilih sendiri,
Sepi dalam tangisan mata
Sendiri dalam linangan gerimis jiwa




Tangisan tak tertahankan
Di sepertiga malam terkahir
Aku memohon ampunan
Ya Ghofar
Ya Syahiid

Ampuni Hamba-Mu ini
Saksikanlah gemuruh pengharapan
Pengampunan atas segala dosa

--------------------------

Wahai kau yang ada disana
Kini Aku akan menikah

Di hari pernikahanku nanti
Aku ingin kau datang
Sebagai penenang hatiku
Bahwa kau telah bahagia




Jika semua berjalan sesuai rencanamu
Seharusnya kau sudah menikah di bulan Syawal tahun lalu
Di bulan sebelumnya aku pernah menunggu
Menuggu akan ada telepon lagi dari ibumu
Tapi bukan karena nyasar
Tapi menunggu kabar dari ibumu
Bahwa kau kan melamarku

Tapi ternyata tidak
Hampa
Kosong
Tak bertuan

----------------------

Aku tahu,
Aku memang tidak pantas untukmu
Aku yang pernah mengotori hatimu
Maafkan aku

Karena kau pernah bilang :
“jika menginginkan sesuatu yang suci, maka harus di tempuh dengan jalan yang suci pula”

Wahai kau yang ada disana
Aku memang tidak pantas untukmu

Terimakasih atas semua

Kau lebih pantas dengan yang lebih terjaga juga

----------------------------


Kini Aku akan menikah

Menikah dengan orang yang belum pernah aku kenal sebelumnya
Semua aku serahkan pada kakak laki-laki tertuaku
Tanpa Ta’aruf
Tanpa Nazhar

Aku percaya pada kakakku untuk memilih yang terbaik untukku

Sejak kejadian itu
Aku putuskan semua interaksi dengan lawan jenis
Aku menjadi terlalu sensitife dengan mereka

Karena kau pernah bilang
“seorang yang mengaku dirinya hamba, tidak akan mengulangi kesalahan berulang-ulang kali”

-----------------------

Kini Aku Akan Menikah…

Maafkan aku menulis begini
Kau tak lagi mungkin membaca catatanku ini,
karena ternyata blokir lebih kejam dari remove
Dan memang bukan itu yang kuharapkan..




Ku hanya ingin mengingatkan pada yang lain,
sebagai pelajaran untuk semua
Just It..

---------------------------

karena Aku Akan Menikah


from notes: Muhammad Hassan Sirojuddin

11 January 2010

Memiliki Kehilangan


Saia gak tau ini kisah sedih, lucu atau bahkan konyol. Saia termasuk orang yang hati-hati dalam menyimpan barang-barang pribadi saia. Termasuk barang orang yang dititipkan ke saia. Tapi pada hari itu, senin, 04 Januari 2010, setelah satu mingguan ‘berburu’ tugas untuk syarat ujian, tepat setelah sholat maghrib (saia menyebutnya maghrib kelabu, berlebihan gak ya?) tas saia, dan helm kakak sepupu saia yang harganya cukup mahal dalam ukuran saia, is gone ! eh, its lost ! HILANG ! Tau apa isi tas saia itu?? 5 buah tugas syarat ujian (MPK, Antropologi, Psikologi Agama, PSP THB, dan laporan praktikum PSD III), KRS, bahan-bahan pengolahan data PSD punya 3 teman saia, flashdisk yang isinya softcopy tugas-tugas saia tadi, buku-buku psikologi saia, buku hasil pinjeman teman dan perpus, dan semua catatan perkuliahan saia selama lebih dari 3 tahun !

Awal kejadian: Sore itu, setelah ashar, saia ngeprint tugas hasil ‘kerja keras’ saia ke teman saia yang SUPER, Yoga Sukmawijaya, kertas print-nya pun dapat saia kumpulkan dari teman-teman dan kakak (waktu itu memang modal saia hanya dengkul, tas, dan flashdisk, tahun baru tapi untuk uang bensin pun harus pinjam, indah sekali tahun baru saia).

Pengumpulan hasil tugas itu memerlukan waktu dua minggu untuk proses dari bahan mentah hingga bahan setengah jadi dan akhirnya finishing di printer teman saia. Setelah selesai mencetak beberapa ratus lembar, saia dan teman saia Jeje Jaelani memutuskan untuk sholat maghrib terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Dan Masjid SD Sapen lah tempat yang akhirnya kami pilih (dengan berbagai pertimbangan yang cukup sulit sebenarnya).

Dengan santainya, saia menyimpan tas n helm diatas motor, sedangkan teman saia yang aktivis, Jeje Jaelani, membawa serta helm itu ke dalam masjid. Saia pikir, helm dan tas ini akan baik-baik saja sepeninggal saia sholat. Saia sholat seperti biasa, dengan khusuk walau agak keringetan (panas dan gerah, padahal masjidnya lumayan gede).

Selesai sholat, saia langsung keluar masjid untuk mendinginkan suasana. Saia pilih tempat dimana saia bisa melihat motor, helm dan tas. Tetapi, tiba-tiba ketika selintas, seketika kepala saia palingkan pada parkiran, saia tidak melihat tas dan helm diatas motor.
Dalam pikiran saia: mungkin terjatuh (karena tas itu memang berat seperti yang punya). Ketika saia selesai memakai sepatu yang agak kekecilan, saia mendekati motor dengan perlahan dan penuh harap bahwa tas dan helm memang benar-benar hanya sedang dalam keadaan terjatuh sesaat karena gaya gravitasi. tetapi ternyata, is gone !, eh, its lost !

HILANG !

otak saia langsung menenangkan hati saia dengan berkata “mungkin jatoh…” “mungkin kamu lupa naro..” “mungkin jatoh dan ada yang menyimpannya di suatu tempat..” ”mungkin masih ada disebelah mobil-mobil itu..” banyak sekali otak saia memberikan informasi waktu itu, yang kesemuanya berisi denial (penolakan). Saia masih belum percaya, otak saia juga, pikiran saia juga. Saia tunggu teman saia yang aktivis yang suka jalan dengan anggota DPRD Jogja itu, mungkin dia yang menyimpan itu kesimpulan sementara otak saia.

Ketika teman saia itu datang, dengan santainya saia berkata: tas saia mana? Dengan heran pula dia menjawab: hah? Tas? Ea gak tau! Bukannya tadi kamu bawa kedalam? Dan dengan agak sigap dia kembali ke masjid dan mencari tas saia yang sebenarnya memang sudah hilang.

Singkat cerita, Jeje Jaelani dan saia sudah memutuskan bahwa tas dan helm telah diambil oleh yang punya. Semua milik-Nya dan akan kembali pada-Nya. Tapi tetap saja saia masih gak percaya: tas itu berisi sesuatu yang penting buat besoknya : UAS ! lemes, bingung, marah tapi tak tahu harus marah pada siapa, saia hubungi takmir masjid dan mereka hanya mencatat nomor HP saia dengan agak malas-malasan dan ogah-ogahan (mungkin mereka sudah yakin bahwa pasti tas saia tidak mungkin kembali).

Akhirnya teman saia yang aktivis itu yang suka meminjamkan uangnya pada saia, mengajak saia makan. Saia kira dia akan ber-empati atau bersimpati dengan keadaan saia yang seperti itu, dengan mentraktir saia, tapi ternyata tidak . Setelah makan, saia kembali ke masjid dengan perasaan berharap mungkin saja tas itu akan kembali padaku. saia awasi semua orang yang lewat yang menggandong tas dipunggungnya, saia perhatikan satu peersatu, saia liat dalam-dalam orang yang membawa tas dengan terburu-buru, tergesa-gesa, bahkan ketika ada tukang becak membawa tas di becaknya, saia sempatkan mendekatinya dan melihatnya secara langsung untuk benar-benar meyakinkan.

Saia seperti orang linglung, mengelilingi masjid, mengitari halaman SD, merogoh-rogoh setiap pojok sudut bangunan d SD itu, duduk-duduk di beranda masjid itu hingga hamper pukul 9 malam. Akhirnya saia memutuskan pulang. Tapi otak dan pikiran saia masih saja belum tenang dan seakan belum menerima.

Sebelum tidur, saia kirimi pesan (sms) kedua teman saia. Untuk Jeje: “Je, kali aja jam 10 nanti ada yang naganterin tas saia. Tolong kamu jangan tidur dulu..” Untuk Yoga : “Gut, tas aku masih di kos kamu ya??” trus saia langsung tidur dan berharap ketika besok pagi bangun tas itu ada di pinggir kasur saia, seperti hari-hari biasanya.

Saia selalu berpikir, mungkin dibalik ini ada sesuatu. Apakah saia akan mendapatkan sesuatu? atau IP saia akan naik jadi 4? atau saia telah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain? Atau saia sedang di uji? atau apa? Sampai sekarang saia belum mendapatkan jawabannya. Tahun baru yang sangat indah…. UAS nya juga indah…



Pidato Menggemparkan dari Anak Umur 12 tahun


Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki,seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)
************************************************** *************************

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization. Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12
dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih
sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , "kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari
segalanya.”

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”.

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

************************************************** *************************

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato. Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh
asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "

from: e-mail ridhomukti@yahoo.com

06 January 2010

Ayah, Anak, dan burung Gagak


Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda tersebut?"
"Burung gagak", jawab si anak.

Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras, "Itu burung gagak ayah!"

Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, "BURUNG GAGAK!!"

Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, "Gagak ayah.......".

Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah. "Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya.

Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama.

"Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu", pinta si ayah.

Si anak taat dan membaca bagian yang berikut..........

"Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apakah itu?". Dan aku menjawab, "Burung gagak". Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga."

Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, " Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah."

HIKMAH : JAGALAH HATI KEDUA IBU DAN BAPA, HORMATILAH MEREKA.
SAYANGILAH MEREKA SEBAGAI MANA MEREKA MENYAYANGIMU DIWAKTU KECIL

from: notes Erno Putra Bangsa @ http://www.facebook.com/album.php?aid=37355&id=1647129313&comments#/note.php?note_id=220651573405
Theme images by andynwt. Powered by Blogger.

Blogger templates

 

© Kehidupan, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography