03 November 2012

Antara Cinta, Kebetulan & Pilihan


Rudi sering bingung dengan hidup ini. Terlebih dengan yang namanya kebetulan. Rudi sering berpikir kalo memang Tuhan menciptakan kebetulan, untuk apa ada takdir dan pilihan? Jadi Rudi selalu berpikir “kebetulan itu tidak ada, adanya takdir yang sudah dirancang dengan hebat oleh Sang Maha Perancang.” Katanya enteng. Sama halnya ketika Rudi pertamakali bertemu Rina ditoko bangunan Koh Andri dimana Rudi bekerja paruh waktu disitu (selain kuliah Rudi memang kerja untuk memenuhi sebagian hidupnya di Kota Jogja ini). Pertemuan pertama begitu memorable karena Rudi melihat Rina dengan begitu heboh dan lucu membeli barang yang Rina tidak tahu nama dan bentuknya hanya menyebutkan kegunaannya saja. Rina waktu itu akan membeli engsel pintu untuk memperbaiki pintu kamar kosnya yang rusak. Rudi hapal betul wajah dan tingkah Rina yang lucu itu (manja kenanak-kanakan). Rudi tersenyum kecil dan Rina melihat itu. “senyumnya teduh” pikir Rina. Memang Rudi ketika tertawa terlihat menawan. Gigi-gigi putihnya berderet rapih dan cemerlang.

Kebetulan juga ketika Rudi datang ke acara konser Sheila on 7 ia lagi-lagi secara tidak sengaja bertemu Rina. Mereka hanya saling tatap disitu. Gelapnya malam tak menghalangi cemerlangnya senyum Rudi. Lalu beberapa hari kemudian Rudi juga (kebetulan) bertemu lagi denga Rina di sebuah bioskop ketika sama-sama antri untuk nonton Film. Lagi-lagi Rudi hanya saling pandang dan saling senyum. Hingga pada kebetulan terakhir ketika Rudi sedang membeli pasta gigi favoritnya, close up, dia lagi-lagi bertemu Rina. Di kebetulan terakhir ini Rudi berpikir keras. “Apa mungkin ini masih suatu kebetulan?” Pikir Rudi. Lalu dengan pertimbangan yang agak ribed di otaknya (berpikir keras, berputar-putar). Rudi yang notabene belum pernah mengajak berkenalan seorang wanita manapun secara langsung, akhirnya dia beranikan diri mendekati Rina dengan kaku, kikuk sambil berjalan pelan-pelan dan mengangkat tangannya, dan tak lupa senyumannya ia kembangkan perlahan :)  “hey, nama aku Rudi..” Tak dinanya dan tak diduga ternyata Rina membalas itu dengan senyuman lucu cekikikan. Entah tersepona oleh senyuman Rudi atau memang Rina juga selama ini diam-diam memperhatikan Rudi. Akhirnya obrolan itu berlanjut ke perkenalan yang dalam.

Akhirnya, singkat cerita. Mereka sudah jadian. Mereka berpacaran. Entah mengapa juga mereka bisa jadian. Rudi orangnya cuek, apa adanya, sederhana, polos jadi suka terlihat lucu, dan ternyata dia punya binatang peliharaan. Ia pelihara kucing yang Ia temukan dari toko Koh Andri. Ia kemudian merawatnya dan sekarang hubungan mereka sangat dekat. Ikatan bathin sudah terjalin. Ia beri nama Raja kucingnya itu. Sedangkan Rina orangnya rame, repot, heboh, rempong, ribed, manja dan masih agak kenak-kanakan. Tapi Cinta memang tak diduga. Mereka bisa jadian.

Hingga pada suatu sore. Saat Jogja diguyur hujan lebat. Rudi baru saja selesai kuliah jam trakhir. Ia hendak pulang hanya saja hujan begitu lebat. Rudi memang punya sepeda motor, hanya saja ia malas mengenakana jas hujan. Lalu ketika menunggu di kampus, telfon berdering. Ternyata itu dari teman kos nya. Ipul. “Halo Rud. Tadi Lu kan nitip Raja ke gua. Tapi ternyata gua lupa masukin ke kosan. Tadi gw di sms anak sebelah katanya kucing elu masih diluar kehujanan. Dia ngasih tau pas mau pergi juga jadi sekarang disana gak ada orang dan si Raja keujanan. Elu cepet pulang gih!” Ipul panjang lebar menerangkan. “Wah.. oke-oke aku sekarang pulang!” segera Rudi meluncur ke parkiran. Tapi tiba-tiba HP nya berdering lagi. Ternyata dari pacarnya, Rina. “Halo Sayaang. Aku kejebak nih dikampus keujanaan. Jemput aku yaa!” kata Rina manja. “kamu kan biasanya pulang sama Heni?” jawab Rudi cepat. “ah kamu. Aku pengen pulang sama kamu. Di jemput” jawab Rina masih manja. “aduh maaf Yang. Aku gak bisa kalo sekarang. Disitu masih ada Heni kan? Sama dia aja yah? Kamu kan biasa pulang bareng dia” Rudi sudah diatas motor. "Hmmh. baru sekarang dapet kebetulan yang gak enak, harus milih!" pikir Rudi. “gak maau! Aku pengen di jemput kamu!” Rina agak membentak. “aduh Yaang. Si Raja keujanan tuh di kosan dan disana gak ada oraang. Aku harus kesana buat nolongin diaa.” Rudi makin cemas. “Oh jadi sekarang kamu lebih milih Raja Kucing kamu yang gendut itu daripada aku Pacar kamu?” suara Rina mulai rempong. “Aduh bukan begitu Sayaaang. Kamu kan disitu masih ada Heni, udah sama dia aja dulu. Nanti kalo aku udah selesai nyelametin Raja aku bakal langsung ke kos kamu kok. Yah yah? Kasian loh Raja juga makhluq hidup perlu diselamatkan..!” tuutt. Telfon di tutup dan Rina marah-marah.

Satu jam kemudian setelah Rudi berhasil menyelamatkan Raja. Ia akhirnya mendatangi Rina di kosannya. Dan ternyata memang benar ia sudah ada disana. Dan sudah pasti, ia ngambek. Marah. Bahkan ketika Rudi datang Rina memalingkan mukanya. Ia kerutkan mukanya yang cantik itu. Lalu setelah beberapa menit mereka diem-dieman dengan lucunya. Rudi menghadapkan wajahnya ke depan wajah Rina, lalu tersenyum :) taraaaaa. Rina melihat itu. Deretan gigi yang rapih, putih, bersih, harum mint, dan senyumnya yg ramah, Rina tidak bisa menahan itu. Mengingatkan dia pada pertemuan mereka pertamakali dulu. Akhirnya mereka berpelukan, “Maaf ya Sayaang. Aku emang sayang kamu, tapi aku juga manusia yang masih punya hati buat nyelametin hidup makhluq hidup lain, walaupun itu kucing..” kata Rudi lembut. “iyaa. Aku yang minta maaf. Aku pikir kamu lebih sayang Raja daripada aku. Tapi ternyata kamu emang mulia. Hehe..”
Theme images by andynwt. Powered by Blogger.

Blogger templates

 

© Kehidupan, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography