29 April 2009

Dampak Psiko-Spiritual Nama


Sebagai seorang Psikolog, seharusnya kita sadar bahwa nama kita akan menjadi pertimbangan (baik dalam bidang akademik, Profesi mapun pergaulan). Secara Spiritual, ternyata nama yang melekat pada diri kita mengandung ungkapan, harapan, bahkan doa. Nama yang baik berisi doa yang baik begitu juga sebaliknya. Ada kisah menarik yang terjadi pada masa Ummar bin Khottob yang berhubungan dengan ‘Nama’.

Ummar bin Khottob sedang berbincang dengan seseorang,

“Siapa namamu?” Tanya Umar.

Orang itu menjawab, “Jamrah (Bara Api)”

Umar bertanya lagi, “Siapa nama ayahmu?”

Orang itu menjawab lagi, “Syihab (cahaya Api) “

Kemudian Umar bertanya lagi, “Dari garis keturunan siapa?”

Al-Hirqoh (kebakaran)” Orang itu menjawab.

Lalu Umar bertanya, “Dimana daerahmu?”

Orang itu kemudian menjawab, “Di Harratun-Nar (Neraka yang panas) “

Umar bertanya lagi, “Dimanakah tempat tinggalmu?”

Dan, orang itu menjawab “Di Dzatu Lazha (yang menyala-nyala)”

Akhirnya Umar berkata, “Pulanglah! Sesungguhnya tempat tinggalmu saat ini telah terbakar.

Setelah orang itu pulang, ternyata ucapan Umar menjadi kenyataan: keluarga dan rumahnya habis terbakar.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berpendapat bahwa kejadian diatas memang sukar diterima nalar orang yang tidak memahaminya. Kejadian-kejadian ini boleh jadi diluar akal manusia namun pada dasarnya ia adalah keniscayaan hukum. Jika suatu sabda diungkapakan oleh orang yang memiliki kekuatan doa, niscaya ia memiliki kekuatan untuk mengubah peristiwa.

Nabi Muhammad SAW seringkali mengganti nama sahabat-sahabatnya. Dari Barrah menjadi Zainab, Harb menjadi Salim, Ashram menjadi Zar’ah, ‘Ardh menjadi Afratu Khudrin, dll. ‘Ali bin Abi Thalib pernah hendak memberi nama anaknya Harb (perang), tapi Rosulullah mengubahnya menjadi Hasan.

Perubahan nama dimaksudkan agar kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Sangat indah bila kata yang diungkapkan kepada kita adalah kata-kata yang baik. Itulah mengapa islam mengajarkan kepada kita untuk tidak memanggil sebutan orang dengan sebutan-sebutan yang buruk (binatang, cela’an, hinaan) karena dampaknya yang tidak baik untuk kita. Dari Ibnu Musyabbab, dahulu Rasulullah SAW pernah bertanya kepadanya , “Siapa namamu?” Orang itu menjawab, “Hazn (sedih, tanah kering) “ Rasulullah berkata, “Namamu adalah Sahl (Mudah, tanah subur) “. “Aku tidak akan mengubah nama yang telah diberikan ayahku” jawab orang itu. “Ternyata kesedihan selalu ada pada keluarga kami” Kata Ibnu Musyabbab.

(terinspirasi dari Buku Psikologi Agama Fuad Nashori)

0 komentar:

Theme images by andynwt. Powered by Blogger.

Blogger templates

 

© Kehidupan, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography