Saia gak tau ini kisah sedih, lucu atau bahkan konyol. Saia termasuk orang yang hati-hati dalam menyimpan barang-barang pribadi saia. Termasuk barang orang yang dititipkan ke saia. Tapi pada hari itu, senin, 04 Januari 2010, setelah satu mingguan ‘berburu’ tugas untuk syarat ujian, tepat setelah sholat maghrib (saia menyebutnya maghrib kelabu, berlebihan gak ya?) tas saia, dan helm kakak sepupu saia yang harganya cukup mahal dalam ukuran saia, is gone ! eh, its lost ! HILANG ! Tau apa isi tas saia itu?? 5 buah tugas syarat ujian (MPK, Antropologi, Psikologi Agama, PSP THB, dan laporan praktikum PSD III), KRS, bahan-bahan pengolahan data PSD punya 3 teman saia, flashdisk yang isinya softcopy tugas-tugas saia tadi, buku-buku psikologi saia, buku hasil pinjeman teman dan perpus, dan semua catatan perkuliahan saia selama lebih dari 3 tahun !
Awal kejadian: Sore itu, setelah ashar, saia ngeprint tugas hasil ‘kerja keras’ saia ke teman saia yang SUPER, Yoga Sukmawijaya, kertas print-nya pun dapat saia kumpulkan dari teman-teman dan kakak (waktu itu memang modal saia hanya dengkul, tas, dan flashdisk, tahun baru tapi untuk uang bensin pun harus pinjam, indah sekali tahun baru saia).
Pengumpulan hasil tugas itu memerlukan waktu dua minggu untuk proses dari bahan mentah hingga bahan setengah jadi dan akhirnya finishing di printer teman saia. Setelah selesai mencetak beberapa ratus lembar, saia dan teman saia Jeje Jaelani memutuskan untuk sholat maghrib terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Dan Masjid SD Sapen lah tempat yang akhirnya kami pilih (dengan berbagai pertimbangan yang cukup sulit sebenarnya).
Dengan santainya, saia menyimpan tas n helm diatas motor, sedangkan teman saia yang aktivis, Jeje Jaelani, membawa serta helm itu ke dalam masjid. Saia pikir, helm dan tas ini akan baik-baik saja sepeninggal saia sholat. Saia sholat seperti biasa, dengan khusuk walau agak keringetan (panas dan gerah, padahal masjidnya lumayan gede).
Selesai sholat, saia langsung keluar masjid untuk mendinginkan suasana. Saia pilih tempat dimana saia bisa melihat motor, helm dan tas. Tetapi, tiba-tiba ketika selintas, seketika kepala saia palingkan pada parkiran, saia tidak melihat tas dan helm diatas motor. Dalam pikiran saia: mungkin terjatuh (karena tas itu memang berat seperti yang punya). Ketika saia selesai memakai sepatu yang agak kekecilan, saia mendekati motor dengan perlahan dan penuh harap bahwa tas dan helm memang benar-benar hanya sedang dalam keadaan terjatuh sesaat karena gaya gravitasi. tetapi ternyata, is gone !, eh, its lost !
HILANG !
otak saia langsung menenangkan hati saia dengan berkata “mungkin jatoh…” “mungkin kamu lupa naro..” “mungkin jatoh dan ada yang menyimpannya di suatu tempat..” ”mungkin masih ada disebelah mobil-mobil itu..” banyak sekali otak saia memberikan informasi waktu itu, yang kesemuanya berisi denial (penolakan). Saia masih belum percaya, otak saia juga, pikiran saia juga. Saia tunggu teman saia yang aktivis yang suka jalan dengan anggota DPRD Jogja itu, mungkin dia yang menyimpan itu kesimpulan sementara otak saia.
Ketika teman saia itu datang, dengan santainya saia berkata: tas saia mana? Dengan heran pula dia menjawab: hah? Tas? Ea gak tau! Bukannya tadi kamu bawa kedalam? Dan dengan agak sigap dia kembali ke masjid dan mencari tas saia yang sebenarnya memang sudah hilang.
Singkat cerita, Jeje Jaelani dan saia sudah memutuskan bahwa tas dan helm telah diambil oleh yang punya. Semua milik-Nya dan akan kembali pada-Nya. Tapi tetap saja saia masih gak percaya: tas itu berisi sesuatu yang penting buat besoknya : UAS ! lemes, bingung, marah tapi tak tahu harus marah pada siapa, saia hubungi takmir masjid dan mereka hanya mencatat nomor HP saia dengan agak malas-malasan dan ogah-ogahan (mungkin mereka sudah yakin bahwa pasti tas saia tidak mungkin kembali).
Akhirnya teman saia yang aktivis itu yang suka meminjamkan uangnya pada saia, mengajak saia makan. Saia kira dia akan ber-empati atau bersimpati dengan keadaan saia yang seperti itu, dengan mentraktir saia, tapi ternyata tidak . Setelah makan, saia kembali ke masjid dengan perasaan berharap mungkin saja tas itu akan kembali padaku. saia awasi semua orang yang lewat yang menggandong tas dipunggungnya, saia perhatikan satu peersatu, saia liat dalam-dalam orang yang membawa tas dengan terburu-buru, tergesa-gesa, bahkan ketika ada tukang becak membawa tas di becaknya, saia sempatkan mendekatinya dan melihatnya secara langsung untuk benar-benar meyakinkan.
Saia seperti orang linglung, mengelilingi masjid, mengitari halaman SD, merogoh-rogoh setiap pojok sudut bangunan d SD itu, duduk-duduk di beranda masjid itu hingga hamper pukul 9 malam. Akhirnya saia memutuskan pulang. Tapi otak dan pikiran saia masih saja belum tenang dan seakan belum menerima.
Sebelum tidur, saia kirimi pesan (sms) kedua teman saia. Untuk Jeje: “Je, kali aja jam 10 nanti ada yang naganterin tas saia. Tolong kamu jangan tidur dulu..” Untuk Yoga : “Gut, tas aku masih di kos kamu ya??” trus saia langsung tidur dan berharap ketika besok pagi bangun tas itu ada di pinggir kasur saia, seperti hari-hari biasanya.
Saia selalu berpikir, mungkin dibalik ini ada sesuatu. Apakah saia akan mendapatkan sesuatu? atau IP saia akan naik jadi 4? atau saia telah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain? Atau saia sedang di uji? atau apa? Sampai sekarang saia belum mendapatkan jawabannya. Tahun baru yang sangat indah…. UAS nya juga indah…
0 komentar:
Post a Comment