22 December 2012

Curahan Hati Ibu Tua




Kira-kira inilah ungkapan seorang ibu ketika sudah tua dan kadang ditelantarkan oleh anak-anaknya.

Disaat aku tua, aku bukan lagi diriku yang dulu,
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.

Disaat aku menumpahkan kuah sayuran dibajuku,
Disaat aku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu,

Ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya.

Disaat aku dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu,
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku,
Dimasa kecilmu, aku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah aku ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi.

Disaat aku membutuhkanmu untuk memandikanku, Janganlah menyalahkanku.
Ingatkah di masa kecilmu, bagaimana aku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi.

Disaat aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern, Janganlah menertawaiku.
Renungkanlah bagaimana aku dgn sabarnya menjawab setiap "mengapa" yang engkau ajukan disaat itu.

Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku,

Bagaikan dimasa kecilmu aku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.

Disaat aku melupakan topik pembicaraan kita,
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya, sebenarnya topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada disisiku untuk mendengarkanku, aku telah bahagia.

Disaat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih,
Maklumilah diriku, dukunglah aku, bagaikan aku terhadapmu, disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.

03 November 2012

Antara Cinta, Kebetulan & Pilihan


Rudi sering bingung dengan hidup ini. Terlebih dengan yang namanya kebetulan. Rudi sering berpikir kalo memang Tuhan menciptakan kebetulan, untuk apa ada takdir dan pilihan? Jadi Rudi selalu berpikir “kebetulan itu tidak ada, adanya takdir yang sudah dirancang dengan hebat oleh Sang Maha Perancang.” Katanya enteng. Sama halnya ketika Rudi pertamakali bertemu Rina ditoko bangunan Koh Andri dimana Rudi bekerja paruh waktu disitu (selain kuliah Rudi memang kerja untuk memenuhi sebagian hidupnya di Kota Jogja ini). Pertemuan pertama begitu memorable karena Rudi melihat Rina dengan begitu heboh dan lucu membeli barang yang Rina tidak tahu nama dan bentuknya hanya menyebutkan kegunaannya saja. Rina waktu itu akan membeli engsel pintu untuk memperbaiki pintu kamar kosnya yang rusak. Rudi hapal betul wajah dan tingkah Rina yang lucu itu (manja kenanak-kanakan). Rudi tersenyum kecil dan Rina melihat itu. “senyumnya teduh” pikir Rina. Memang Rudi ketika tertawa terlihat menawan. Gigi-gigi putihnya berderet rapih dan cemerlang.

Kebetulan juga ketika Rudi datang ke acara konser Sheila on 7 ia lagi-lagi secara tidak sengaja bertemu Rina. Mereka hanya saling tatap disitu. Gelapnya malam tak menghalangi cemerlangnya senyum Rudi. Lalu beberapa hari kemudian Rudi juga (kebetulan) bertemu lagi denga Rina di sebuah bioskop ketika sama-sama antri untuk nonton Film. Lagi-lagi Rudi hanya saling pandang dan saling senyum. Hingga pada kebetulan terakhir ketika Rudi sedang membeli pasta gigi favoritnya, close up, dia lagi-lagi bertemu Rina. Di kebetulan terakhir ini Rudi berpikir keras. “Apa mungkin ini masih suatu kebetulan?” Pikir Rudi. Lalu dengan pertimbangan yang agak ribed di otaknya (berpikir keras, berputar-putar). Rudi yang notabene belum pernah mengajak berkenalan seorang wanita manapun secara langsung, akhirnya dia beranikan diri mendekati Rina dengan kaku, kikuk sambil berjalan pelan-pelan dan mengangkat tangannya, dan tak lupa senyumannya ia kembangkan perlahan :)  “hey, nama aku Rudi..” Tak dinanya dan tak diduga ternyata Rina membalas itu dengan senyuman lucu cekikikan. Entah tersepona oleh senyuman Rudi atau memang Rina juga selama ini diam-diam memperhatikan Rudi. Akhirnya obrolan itu berlanjut ke perkenalan yang dalam.

Akhirnya, singkat cerita. Mereka sudah jadian. Mereka berpacaran. Entah mengapa juga mereka bisa jadian. Rudi orangnya cuek, apa adanya, sederhana, polos jadi suka terlihat lucu, dan ternyata dia punya binatang peliharaan. Ia pelihara kucing yang Ia temukan dari toko Koh Andri. Ia kemudian merawatnya dan sekarang hubungan mereka sangat dekat. Ikatan bathin sudah terjalin. Ia beri nama Raja kucingnya itu. Sedangkan Rina orangnya rame, repot, heboh, rempong, ribed, manja dan masih agak kenak-kanakan. Tapi Cinta memang tak diduga. Mereka bisa jadian.

Hingga pada suatu sore. Saat Jogja diguyur hujan lebat. Rudi baru saja selesai kuliah jam trakhir. Ia hendak pulang hanya saja hujan begitu lebat. Rudi memang punya sepeda motor, hanya saja ia malas mengenakana jas hujan. Lalu ketika menunggu di kampus, telfon berdering. Ternyata itu dari teman kos nya. Ipul. “Halo Rud. Tadi Lu kan nitip Raja ke gua. Tapi ternyata gua lupa masukin ke kosan. Tadi gw di sms anak sebelah katanya kucing elu masih diluar kehujanan. Dia ngasih tau pas mau pergi juga jadi sekarang disana gak ada orang dan si Raja keujanan. Elu cepet pulang gih!” Ipul panjang lebar menerangkan. “Wah.. oke-oke aku sekarang pulang!” segera Rudi meluncur ke parkiran. Tapi tiba-tiba HP nya berdering lagi. Ternyata dari pacarnya, Rina. “Halo Sayaang. Aku kejebak nih dikampus keujanaan. Jemput aku yaa!” kata Rina manja. “kamu kan biasanya pulang sama Heni?” jawab Rudi cepat. “ah kamu. Aku pengen pulang sama kamu. Di jemput” jawab Rina masih manja. “aduh maaf Yang. Aku gak bisa kalo sekarang. Disitu masih ada Heni kan? Sama dia aja yah? Kamu kan biasa pulang bareng dia” Rudi sudah diatas motor. "Hmmh. baru sekarang dapet kebetulan yang gak enak, harus milih!" pikir Rudi. “gak maau! Aku pengen di jemput kamu!” Rina agak membentak. “aduh Yaang. Si Raja keujanan tuh di kosan dan disana gak ada oraang. Aku harus kesana buat nolongin diaa.” Rudi makin cemas. “Oh jadi sekarang kamu lebih milih Raja Kucing kamu yang gendut itu daripada aku Pacar kamu?” suara Rina mulai rempong. “Aduh bukan begitu Sayaaang. Kamu kan disitu masih ada Heni, udah sama dia aja dulu. Nanti kalo aku udah selesai nyelametin Raja aku bakal langsung ke kos kamu kok. Yah yah? Kasian loh Raja juga makhluq hidup perlu diselamatkan..!” tuutt. Telfon di tutup dan Rina marah-marah.

Satu jam kemudian setelah Rudi berhasil menyelamatkan Raja. Ia akhirnya mendatangi Rina di kosannya. Dan ternyata memang benar ia sudah ada disana. Dan sudah pasti, ia ngambek. Marah. Bahkan ketika Rudi datang Rina memalingkan mukanya. Ia kerutkan mukanya yang cantik itu. Lalu setelah beberapa menit mereka diem-dieman dengan lucunya. Rudi menghadapkan wajahnya ke depan wajah Rina, lalu tersenyum :) taraaaaa. Rina melihat itu. Deretan gigi yang rapih, putih, bersih, harum mint, dan senyumnya yg ramah, Rina tidak bisa menahan itu. Mengingatkan dia pada pertemuan mereka pertamakali dulu. Akhirnya mereka berpelukan, “Maaf ya Sayaang. Aku emang sayang kamu, tapi aku juga manusia yang masih punya hati buat nyelametin hidup makhluq hidup lain, walaupun itu kucing..” kata Rudi lembut. “iyaa. Aku yang minta maaf. Aku pikir kamu lebih sayang Raja daripada aku. Tapi ternyata kamu emang mulia. Hehe..”
13 October 2012

Curhat Roda Dua kepada Roda Empat


Bapak-Bapak, Ibu-Ibu yang terhormat, Sebelumnya saya mohon maaf bila tulisan berikut kurang berkenan. Kami hanyalah ingin meminta maaf kepada bapak & ibu pengguna roda empat mengenai perilaku kami di jalan raya. Sungguh, kami tidak memiliki maksud untuk 'mengganggu' kenyamanan anda. Bila kami terlihat suka nyerobot kekanan atau kekiri, itu hanyalah karena kami merasa kepanasan. Ini tentunya akibat jaket, helm, sarung tangan, masker, yang kami gunakan di siang bolong. Tentunya rasa kepanasan ini tidak anda rasakan, karena dinginnya hembusan AC yang keluar dari kisi kisi dashboard mobil anda. Sedangkan kami hanya mengandalkan kisi kisi ujung jaket, ataupun bagian bawah helm, he he he.

Bila anda melihat kami mendaki trotoar, ataupun mengambil jalur kanan yang berlawanan, itupun bukan karena kami sok jago. Tapi kami hanya mencari alternatif jalur, sebab seluruh badan jalan tertutup oleh MPV ataupun SUV bapak & ibu. Rasanya kami nggak kuat jika harus menunggu dibelakang knalpot anda, yg belum tentu bebas emisi (maaf ya).

Belum lagi kami takut di PHK, hanya karena telat masuk kerja. Tentunya khusus hal ini, sebagian dari anda tidak perlu absen kan?, kalo masuk kerja? Sebab kalo sebagian besar dari kami, .. minimal dipotong uang transport, hiks!! Belum lagi, kami suka malu bila harus melewati resepsionis nan cantik yang menutup hidung kecil mereka, karena mereka mencium aroma knalpot dan 'bau matahari' dari jaket lusuh kami. Walau deodorant 5 ribuan telah kami semprot, tentu tidak sebanding dg parfum mobil anda yg 50 ribuan plus sejuknya AC mobil anda.

Kami sadar kok, kami jg suka keterlaluan. Tapi kami juga gak pernah memprotes roda empat. Kami cukup tau diri kok, dengan pajak yg super murah kami, sehingga kami harus rela mengalah bila berbicara tentang parkir. Kami cukup puas dengan areal 150 x 50 cm sebagai tempat parkir kami. Tentu berbeda dengan areal parkir bapak-ibu. Memang sih, tarif parkirnya aja beda.

Hmmm, kami juga gak pernah protes kok, terhadap roda empat yang telah oleh pemerintah di-anak emaskan. Jalan tol trilyunan rupiah telah dibangun, diatas gusuran tanah dan rumah kami. Kami harus putar otak mencari tempat tinggal bagi anak dan keluarga, hanya demi bapak-ibu bisa cepat sampai tamasya ke ancol ataupun taman safari.

Ngomong2 tentang tamasya. Memang sih, mungkin anda sering melihat kami berboncengan 3 atau 4 dengan putra putri kami pergi ke dufan. Tapi kami gak yakin, apakah anda melihat kami, memijit tangan, kaki dan bahu mereka yang kecil ditempat parkir. Ini karena cara duduk mereka yg sedikit berakrobat di atas motor kami. Tentunya berbeda dengan lucunya putra-putri anda yang asyik bermain game di dalam mobil, atau tidur pulas di jok belakang.

Kami juga gak keki kok, dengan senyum kecil bapak-ibu, bila melihat kami panik saat hujan turun. Dimana kami harus buru-buru, loncat dari motor, buka jok motor, copot sepatu, dan mengenakan jas hujan. Terkadang kami membayangkan, bila kami ada di posisi anda. Mau gerimis kek, mau hujan gede kek, bodo' amat, cukup putar tuas kecil disamping stir, maka wiper kaca akan bekerja lembut membersihkan air di kaca depan & belakang. Aaaah enaknyaa di mobil.
 
Kami juga gak protes kok, bila mungkin bapak-ibu yang terbiasa menginstruksikan lembur kepada kami. kami cukup mengerti bila anda tidak pernah membayangkan, betapa dinginnya pulang kerja di malam hari dengan motor. Kami cuma berharap, bahwa petuah orang tua, yang mengatakan, kalo kena angin malam bisa kena paru-paru basah, adalah isapan jempol semata. Amit-amiiiit. .!

Kami juga gak protes kok, bila jari jemari anda menjentikkan abu rokoknya lewat jendela, sehingga mengenai jaket kami. Ataupun celana kami harus 'menerima' sampah, yang anda buang lewat jendela. Mungkin kami dengan jaket hitamnya, tampak seperti tong sampah kali yeee. Hi hi hi. Mohon maaf juga bila, kami harus terlihat melotot di depan anda. Hmm sungguh, itu gak sengaja kok, . Sebab selama naik motor, mata kami harus dipicingkan agar tidak kena debu. Naaah begitu berhenti, secara refleks mata kami terbuka lebar, seperti melotot, he he he.Maaf ya pak-bu. Peace !!!

Memang siiih, kami sering bikin masalah di jalan raya, tapi setidaknya,
kaum kami belum pernah punya kesempatan bikin masalah buat negara ini.
(Jadi gak enak nerusinnya)

Memang siiih, rata rata dari kami tidak berpendidikan. Walau beberapa rekan kami masih setia berprofesi pengojek untuk mengantar kaum berpendidikan nan terhormat ke tujuan, bila mereka diburu waktu atau hampir terlambat.

Memang siih, rata-rata dari kami gak memiliki tata krama. Karena kami gak punya cukup uang untuk belajar di tempat kursus kepribadian ataupun pelatihan image development. (SD aja DO ? hiks!). Tapi setidaknya, kami cukup tau diri kok, untuk tetap menganggukan kepala kepada bapak-ibu duluan plus senyum manis, bila kami bertemu anda di koridor kantor. Ataupun menjauh dari bapak-ibu yang sedang bercengkrama di lobi menunggu lift, karena celana dan sepatu kami tampak kotor terciprat air jalanan akibat sedan mewah anda menyalip kami.

Namun kami cukup terhibur kok, bila kami dapat mendengar sayup sayup lagu kesukaan kami, saat kita bersanding manis di lampu merah. Hilang rasa penat bahu dan pinggang kami, bila dentuman sound system anda membagi lagunya lewat kisi kisi jendela. He he he, pernah gak anda melihat kami juga terkadang mengangguk-anggukan kepala mengikuti lagu anda, walo cuma 10-20 detik. Jadi malu....

Namun kami cukup terhibur kok, dengan sigapnya pak presiden menaiki motor roda dua untuk meresmikan balapan mobil, hiks. Walau kami tau persis, itu hanya gara gara terlalu banyak roda empat yang membuat jalan tol menjadi padat. Sehingga pihak protokoler takut pak Presiden datang telat. Padahal mesin dan knalpot mobil balap dari negara asing, udah gak sabar buat melesat, hanya untuk bisa dibilang sebagai yang tercepat, dan rebutan trophy segede knalpot motor untuk mereka angkat. What an ironic...

Namun, kami cukup terhibur juga kok, dengan iklan di TV. Dimana banyak artis nan ganteng dan cantik, artis senior maupun junior, politikus, budayawan, berebut mengiklankan motor untuk kami. Walau kami tau persis, gak mungkin mereka pergi shooting atau menghadiri gala dinner dengan motor bebek. Sebab kami tau persis, mereka gak pernah direpotkan oleh naik dan turun dari mobil, karena supir nan setia, membukakan pintu belakang bagi mereka.

Yaahhh, kami gak bermaksud membela diri siih. Kami cuma mau sharing aja kok, kepada anda pengendara mobil roda empat, bahwa rasa sebel, muak, benci anda terhadap kami, sudah kami bayar kok dengan kondisi di atas.
Tuhan Maha Adil kan?

28 September 2012

Jad, Pria Yahudi yang Mengislamkan Jutaan Orang

''Mengapa seorang Ibrahim yang tidak berpendidikan dapat mengislamkan putraku,'' ujar sang ibu terheran-heran. Sedangkan dia yang berpendidikan tinggi tak mampu menarik hati putranya sendiri kepada agama Yahudi.

Lima puluh tahun lalu di Prancis, Jad bertetangga dengan seorang pria Turki berusia 50 tahun. Pria tersebut bernama Ibrahim. Ia memiliki toko makanan yang letaknya di dekat apartemen tempat keluarga Jad tinggal. Saat itu usia Jad baru tujuh tahun.

Jad seringkali membeli kebutuhan rumah tangga di toko Ibrahim. Setiap kali akan meninggalkan toko, Jad selalu mengambil coklat di toko Ibrahim tanpa izin alias mencuri.

Pada suatu hari, Jad lupa tak mengambil coklat seperti biasa. Tiba-tiba, Ibrahim memanggilnya dan berkata bahwa Jad melupakan coklatnya. Tentu saja Jad sangat terkejut, karena ternyata selama ini Ibrahim mengetahui coklatnya dicuri. Jad tak pernah menyadari hal tersebut, dia pun kemudian meminta maaf dan takut Ibrahim akan melaporkan kenakalannya pada orang tua Jad.

"Tak apa. Yang penting kamu berjanji tidak akan mengambil apapun tanpa izin. Lalu, setiap kali kamu keluar dari sini, ambillah cokelat, itu semua milikmu!" ujar Ibrahim. Jad pun sangat gembira.

Waktu berlalu, tahun berubah. Ibrahim yang seorang Muslim menjadi seorang teman bahkan seperti ayah bagi Jad, si anak Yahudi. Sudah menjadi kebiasaan Jad, dia akan berkonsultasi pada Ibrahim setiap kali menghadapi masalah.

Dan setiap kali Jad selesai bercerita, Ibrahim selalu mengeluarkan sebuah buku dari laci lemari, memberikannya pada Jad dan menyuruhnya membuka buku tersebut secara acak. Saat Jad membukanya, Ibrahim kemudian membaca dua lembar dari buku tersebut kepada Jad dan memberikan saran dan solusi untuk masalah Jad. Hal tersebut terus terjadi.

Hingga berlalu 14 tahun, Jad telah menjadi seorang pemuda tampan berusia 24 tahun. Sementara Ibrahim telah berusia 67 tahun.

Hari kematian Ibrahim pun tiba. Namun sebelum meninggal, dia telah menyiapkan kotak berisi buku yang selalu dia baca acapkali Jad berkonsultasi. Ibrahim menitipkannya kepada anak-anaknya untuk diberikan kepada Jad sebagai sebuah hadiah.

Mendengar kematian Ibrahim, Jad sangat berduka dan hatinya begitu terguncang. Karena selama ini, Ibrahim satu-satunya teman sejati bagi Jad, yang selalu memberikan solusi atas semua masalah yang dihadapinya.

Selama 17 tahun, Ibrahim selalu mempelakukan Jad dengan baik. Dia tak pernah memanggil Jad dengan "Hei Yahudi" atau "Hei kafir" bahkan Ibrahim pun tak pernah mengajak Jad kepada agama Islam.

***

Hari berlalu, setiap kali tertimpa masalah, dia selalu teringat Ibrahim. Jad pun kemudian mencoba membuka halaman buku pemberian Ibrahim. Namun, buku tersebut berbahasa arab, Jad tak bisa membacanya. Ia pun pergi menemui salah satu temannya yang berkebangsaan Tunisia. Jad meminta temannya tersebut untuk membaca dua lembar dari buku tersebut. Persis seperti apa yang biasa Ibrahim lakukan untuk Jad.

Teman Jad pun kemudian membaca dan menjelaskan arti dua lembar dari buku yang dia baca kepada Jad. Ternyata, apa yang dibaca sangat pas pada masalah yang tengah dihadapi Jad. Temannya pun memberikan solusi untuk masalah Jad.

Rasa keingin tahuannya terhadap buku itu pun tak bisa lagi dibendung. Ia pun menanyakan pada kawannnya, "Buku apakah ini?" tanyanya. Temannya pun menjawab, "Ini adalah Alquran, kitab suci umat Isam," ujarnya.

Jad tak percaya sekaligus merasa kagum. Jad pun kembali bertanya, "Bagaimana cara menjadi seorang Muslim?"

Temannya menjawab, "Dengan mengucapkan syahadat dan mengikuti syariat." Kemudian, Jad pun memeluk agama Islam.

Setelah menjadi Muslim, Jad mengubah namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani. Nama tersebut diambil sebagai ungkapan penghormatan kepada Al-Qur'an yang begitu istimewa dan mampu menjawab semua permasalahan hidupnya selama ini.

Sejak itu, Jad memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupya untuk menyebarkan ajaran yang ada pada Alquran.

Suatu hari, Jadullah membuka halaman Alquran pemberian Ibrahim dan menemukan sebuah lembaran. Lembaran tersebut bergambar peta dunia, ditandatangani Ibrahim dan bertuliskan ayat An-Nahl 125.

"Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik..." Jad pun kemudian yakin bahwa lembaran tersebut merupakan keinginan Ibrahim untuk dilaksanakan oleh Jad.

Jadullah pun meninggalkan Eropa dan pergi berdakwah ke negara-negara Afrika. Salah satu negara yang dikunjunginya yakni Kenya, di bagian selatan Sudan dimana mayoritas penduduk negara tersebut beragama Kristen.

Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari enam juta orang dari suku Zolo. Jumlah ini hanya dari satu suku tersebut, belum lagi suku lain yang berhasil dia Islamkan. Subhanallah.

***

Jad adalah seorang pria keturunan Yahudi. Di pertengahan hidupnya, ia memeluk agama Islam. Setelah bersyahadat, ia mengubah namanya menjadi Jadullah Al-Qur'ani.

Jadi pun memutuskan hidupnya untuk berkhidmat dalam dakwah Islamiyah. Dia berdakwah ke negara-negara Afrika dan berhasil mengislamkan jutaan orang.

Sejatinya, Ibunda Jadullah adalah Yahudi fanatik, seorang dosen di salah satu lembaga tinggi. Namun di tahun 2005, dua tahun setelah kematian Jadullah, ibunya memeluk agama Islam.

Ibunda Jadullah menuturkan, putranya menghabiskan usianya dengan berdakwah. Dia mengaku telah melakukan beragam cara untuk mengembalikan putranya pada agama Yahudi. Namun, selalu gagal.

27 September 2012

Setitik Cahaya untuk Kehidupan


 sumber gambar dari --> Sini


Sore itu, tanggal 17 juni 1988, Desaku diguyur hujan yang begitu lebat. Masyarakat kebanyakan mengurung diri dirumah masing-masing karena hujan disertai angin dan petir yang dahsyat. Lebih baik berdiam diri atau memilih tidur mungkin pikir mereka. Tapi di rumahku sedang begitu banyak orang, mereka adalah keluargaku dan saudara-saudaraku. Karena sedang terjadi momen penting yang sangat bersejarah dalam hidupku, yaitu lahirnya aku ke dunia ini. Momen penting antara hidup dan mati Ibuku, juga hidupku. Bu Bidan Sumi yang membantu Ibuku melahirkan dengan sigap menangani segalanya. Ia dibantu seorang assisten, memerintah mengambil ini itu, sementara riuh rendah gaduh dan perasaan cemas begitu terasa di ruang tamu tempat berkumpulnya keluargaku. Ketika tiba-tiba beberapa saat lagi Bidan Sumi mengeluarkan Aku, waktu itu tepat sedang memegang kepalaku, tiba-tiba “prrrtt..” lampu mati, suasana menjadi gelap, riuh rendah di luar semakin gaduh, teriakan ibu-ibu dan wanita memenuhi rumahku. Ternyata listrik padam. Namun beruntung, Bidan Sumi yang telah berpengalaman membantu proses persalinan di Desaku akhirnya bisa dengan hati-hati mengeluarkan aku ke dunia yang indah ini.


***


Jakarta, 12 Agustus 2011. Tepat hari ini aku aku akan dioperasi di salah satu rumah sakit kecil di kota yang besar ini. Tepatnya pukul 11.00 WIB siang. Aku akan menjalani operasi Sinusitis. Operasi ini dilakukan dengan memasukan beberapa peralatan kedalam hidung. AKu memang sudah sejak lama mengidap suatu penyakit dalam hidungku yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Sehingga setelah beberpa kali aku mengkonsumsi obat saja, akhirnya Dokter menyarankanku agar melakukan operasi. Waktu menunjukan pukul 10.45 WIB, aku ditemani suami tercinta yang sudah sejak tadi menunggu Dokter yang akan menangani proses persalinan operasi sinusitisku. Lalu tiba-tiba “JZZzzz..” terdengar seperti suara mesin mati. Ternyata listrik padam. Aku berpikir, “ah mungkin hanya sementara..”. lalu aku lanjutkan obrolan dengan suamiku. Namun anehnya, sampai pukul 11.00 WIB tidak ada suster ataupun petugas Rumah Sakit yang mendatangiku. Dengan sigap suamiku menghampiri para petugas itu. Setelah beberapa menit suamiku kembali dan mengatakan kalau sedang ada pemadaman bergilir di kota ini. Baru bisa kembali menyala pukul 17.00 WIB. “Apa tidak ada Genset?” tanyaku heran. “Mereka bilang Gensetnya sedang dalam perbaikan..” kata suamiku lembut. Hmmh. Pada akhirnya operasi sinusitisku dilakukan esok harinya karena harus menyesuaikan jadwal Dokternya. Dalam benakku, “untung hanya aku yang mengalami penundaan operasi karena Pemadaman listrik GILIRAN ini. Bagaimana jika itu dialami oleh pasien-pasien lain yang akan, atau malah sedang melakukan operasi besar yang taruhannya adalah nyawa?”. Hmmh.
***


Listrik sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Noah bilang “separuh aku dirimu”. Aktivitas apapun pada zaman ini membutuhkan energy listrik, dari aktivitas seperti mencharge Handphone sampai proses pembuatan kerangka mobil semuanya menggunakan energy listrik. Dari memasak sampai aktivitas rapat di gedung DPR juga membutuhkan energy listrik. Namun apa jadinya ketika pelayanan penggunaan sumber energy listrik ini lemah? Maka kisah-kisah seperti diatas akan sering terjadi dan bukan tidak mungkin bisa berujung kepada kematian?. Maka dari itu ketika komitmen PLN yang baru dengan tag line besarnya menyatakan “menjalankan praktek penyelenggaraan korporasi yang bersih dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, sekaligus menegakkan Good Corporate Governance (GCG) dan anti korupsi dalam penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat” maka saya sebagai masyarakat Indonesia yang juga pengguna listrik yang taat sangat gembira. Karena pada dasarnya praktek korupsi dimanapun akan sangat merugikan pihak siapapun, baik itu lembaganya, karyawannya, pelayanannya hingga fasilitas dan utilitesnya sampai ke pelanggannya pun akan terkena dampak buruk dari korupsi. Bayangkan ketika korupsi sudah masuk ke wilayah PLN, maka aktivitas kerja disana akan amburadul. Karyawan atau pun pimpinan akan setengah-setengah melakukan tugasnya karena orientasinya bukan lagi pelayanan tetapi hanya UANG dan KEUNTUNGAN. Karyawan akan santai, leha-leha, mungkin malah facebook-an atau main game di komputer ketika jam kerja. Pun ketika akan membeli peralatan-peralatan baru yg dibutuhkan. Ketika korupsi sudah mendarah daging, bukan tidak mungkin peralatan yang dibeli berkualitas KW 3 atau rendahan karena para pimpinannya sibuk menghitung keuntungan dari proyek pengadaan fasilitas tersebut.

Maka sekali lagi, ketika sebuah lembaga, apalagi lembaga milik Negara yang tugasnya adalah melayani masyarakat, yang dibutuhkan adalah orang-orang yang berdedikasi tinggi pada tugas, loyal pada lembaga, soleh atau berprilaku mulia, berkeyakinan kuat terhadap kebaikan, sehingga praktik korupsi akan sulit masuk ke orang-orang tersebut. Sehingga nantinya pelayanan bagi masyarakat akan sesuai tujuan PLN  semula.

.

Saya, kami, sebagai masyarakat pengguna listrik yang taat, mengharapkan kinerja PLN sekarang semakin baik dan bebas dari praktik korupsi. Kami mengharapkan dari semua jajaran di PLN agar sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, karena itu adalah tugas Negara, bukan tugas main-main. Ketika Anda semua (jajaran PLN dari karyawan sampai Direksi) main-main atau tidak serius dalam melaksanakan tugas itu, untuk apa dahulu anda mengirim aplikasi surat lamaran kerja ke PLN dan dibawah undang-undang / peraturan atau mungkin sumpah jabatan Anda akan bertugas dengan baik penuh tanggung jawab?.

.


Semoga dengan cerita diatas dan sedikit tulisan ini dapat memberi setitik harapan agar bangsa yang besar ini memiliki lembaga yang juga besar, baik itu dari segi kuantitasnya mapun kualitasnya. Saya harap itu ada di PLN.
15 September 2012

Surat dari Ibu Seorang Aktivis


situ AKTIVIS ??!

cekidot gan!


"Surat dari IBU seorang AKTIVIS"

"Orang bilang anakku seorang aktivis, Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana.
Orang bilang anakku seorang aktivis, dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat/rakyat. Orang bilang anakku seorang aktivis, Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak ? “Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.”

Anakku, sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis. Dengan segala kesibukkanmu, ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat. Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.


Anakku, kita memang berada disatu atap nak, di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini. Masih teringat oleh ibumu ini kenangan kenangan manis ketika engkau masih ada didekapanku, dipelukanku.
Tapi kini dimanakah rumahmu nak? Ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini. Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah, dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu. Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut. Mungkin tawamu telah habis hari ini, tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu. Ah, lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu. Atau jangankan untuk tersenyum, sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau, katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline.
Padahal, andai kau tahu nak, ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini, memastikan engkau baik-baik saja, memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu. Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak, tapi bukankah aku ini ibumu? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..

Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu. Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu bangga padamu. Namun, sebagian hati ibu mulai bertanya nak, kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?
Anakku, ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu. Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang nak, menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat, tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan. Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak? bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?

Anakku, ibu mencoba membuka buku agendamu. Buku agenda sang aktivis. Jadwalmu begitu padat nak, ada rapat disana sini, ada jadwal mengkaji, ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu, ada sekumpulan mimpi dan harapanmu. Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.
Ternyata memang tak ada nak, tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini. Tak ada cita-cita untuk ibumu ini. Padahal nak, andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu, putra kecilku..
Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka, mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional. Boleh ibu bertanya nak,dimana profesionalitasmu untuk ibu? dimana profesionalitasmu untuk keluarga? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat?

Ah, waktumu terlalu mahal nak. Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..


Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta, ibu, ayah, kaka dan adik. Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik. Dan hingga saat itu datang, jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan. Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan. Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai."

(Ibu)
29 May 2012

Catatan "Sedih" seorang B.J. Habibie



Pada usianya 74 tahun, mantan presiden ri, bj habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas garuda indonesia didampingi oleh putra sulung, ilham habibie dan keponakannya, adri subono, juragan java musikindo.

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh president & ceo, bapak emirsyah satar disertai seluruh direksi dan para vp serta area manager yang sedang berada di jakarta.

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai garuda indonesia experience dan presentasi perjalanan kinerja garuda indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun 2015 menuju quantum leap.

Sebagai “balasan” pak habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana n250 di landasan bandara husein sastranegara, iptn bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).

Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

Video n250 bernama gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat n235. Pesawat n250 jenis turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa bandung.

Dalam video tsb, tampak hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain presiden ri bapak soeharto dan ibu, wapres ri bapak soedarmono, para menteri dan para pejabat teras indonesia serta para teknisi iptn. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja n250. Bapak presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot n250 yang di udara, terlihat pak habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh presiden soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot n250.

N250 sang gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan………………

di hadapan kami, bj habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:

“dik, anda tahu…………..saya ini lulus sma tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan……………..“presiden soekarno, bapak proklamator ri, orator paling unggul, …….itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah penyambung lidah rakyat! Ia tahu persis sebagai insinyur………indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan teknologi yang berwawasan nasional yakni teknologi maritim dan teknologi dirgantara. Kala itu, tak ada itb dan tak ada ui. Para pelajar sma unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh presiden soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar sma yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi indonesia. Jadi sebenarnya pak soeharto, presiden ri kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada pt pal dan salah satunya adalah iptn.

Sekarang dik,…………anda semua lihat sendiri…………..n250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami ‘dutch roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘fly by wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi faa. Iptn membangun khusus pabrik pesawat n250 di amerika dan eropa untuk pasar negara-negara itu.namun, orang indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang indonesia bikin pesawat terbang?’

tiba-tiba, presiden memutuskan agar iptn ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.

Dik tahu…………….di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu jerman karena trauma dengan nazi, lalu cina dan Indonesia!

Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa…………….

Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua…………………?

Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.

Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”

Pak Habibie menghela nafas…………………..

Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;

Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang).

Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin. Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11.

Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop.

N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.

Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama……………..

N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu………bahkan hingga kini.

Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir………….kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.

Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya………………..

“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang.

Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.

“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,

? Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten? C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis? D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!”

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:

“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik………….organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik………………”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ………………………

“Dik, ……….saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ………..ibu Ainun istri saya.

Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar. Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya…………saya mau kasih informasi……….. Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu……………………”

Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam………………………..seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.

Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan……………………

“Dik, kalian tau……………..2 minggu setelah ditinggalkan ibu…………suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu……… Ainun……… Ainun …………….. Ainun …………..saya mencari ibu di semua sudut rumah.

Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini…………..’ mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.

Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;

1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!
2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus……………
3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.

Saya pilih opsi yang ketiga……………………….”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) …………………. ia melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun…………..dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia………….

Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat…………. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya.

Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”

Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata…………………………

Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya menyetujui…………………

Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia.

Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang….. (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis.

Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.

Dik, asal you tahu…………semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie.

Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.

Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.

Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara. Isinya sangat inspiratif……………….”

(pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan).

Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb.

Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

Jakarta, 12 Januari 2012

Salam,

Capt. Novianto Herupratomo

Sumber

Theme images by andynwt. Powered by Blogger.

Blogger templates

 

© Kehidupan, All Rights Reserved
Design by Dzignine and Conceptual photography