Sudah menjadi rahasia umum, kelompok Yahudi adalah kelompok paling berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan Amerika Serikat. Terutama kebijakan luar negeri yang terkait dengan Israel dan komunitas Yahudi internasional.
Namun tidak banyak yang tahu, kebijakan-kebijakan AS yang selalu mendukung Yahudi tersebut bermula dari sejarah panjang AS sebelum memerdekakan diri beberapa ratus tahun yang silam.
Dalam sejarah AS, tertulis bahwa sebagian besar “founding father” yang menandatangani “Declaration of Independence” AS adalah anggota gerakan rahasia “freemasonry”. Sebuah kelompok bawah tanah dari daratan Eropa yang kesejarahannya dapat dirunut dari sejarah Perang Salib berabad-abad silam di Kota Yerusalem.
Keberadaan kelompok ini bermula dari sekelompok ksatria Yahudi yang menamakan dirinya “Knight of the Templar” sebagai salah satu bagian dari pasukan koalisi tentara salib. Kelompok ksatria ini bergabung dengan pasukan besar tentara kristen dari Eropa dan ikut berperang untuk merebut Yerusalem. Setelah berhasil merebut kota itu, oleh pimpinan tentara Kristen kelompok, Knight of the Templar kemudian diberi privelege tinggal di Yerusalem sebagai kelompok istimewa di kota itu atas jasa-jasanya.
Sampai akhirnya pasukan Islam di bawah Shalahuddin al-Ayyubi berhasil merebut Yerusalem kembali setelah mengalahkan tentara salib dalam peperangan yang sangat dahsyat. Sebagaimana dicatat oleh tinta emas sejarah, atas perintah dan amnesti dari Shalahuddin al-Ayyubi, sisa-sisa tentara salib yang mengalami kekalahan akhirnya diusir kembali menuju Eropa. Dan sebagian tentara yang diusir itu terdapat anggota Knight of the Templar (gambaran peristiwa ini digambarkan dengan sangat baik dalam film “Kingdom of Heaven” karya sutradara Sir Ridley Scott tahun 2007).
Akhirnya anggota Knight of the Templar pun kembali dan tinggal di Eropa lagi. Namun sayang, perangai dari kelompok ini sangat negatif sehingga kemudian raja-raja Eropa memerangi dan membasmi keberadaannya. Kelompok ini pun bubar dan anggotanya banyak yang tewas diperangi. Sementara yang masih hidup kemudian menyusup ke gilda-gilda pekerja batu dan membentuk serikat persaudaraannya yang dinamakan “freemasonry”.
Kelompok freemasonry inilah yang kemudian menjelma menjadi gerakan zionisme internasional dalam konferensi Bessel Swiss pada tahun 1883. Dalam konferensi tersebut, kelompok freemasonry yang telah menjelma menjadi kelompok zionis internasional menetapkan sebuah protocol of zionist yang isinya adalah usaha-usaha sistematis dalam rangka menguasai dunia. Dan dari kelompok itulah, para founding fathers AS tercatat sebagai anggotanya.
Mungkin terlalu berlebihan kalau kita mengatakan bahwa AS didirikan sebagai alat dalam rangka sebuah konspirasi besar kelompok freemasonry untuk menguasai dunia. Namun indikasi dari hal tersebut ternyata dengan sangat mudah bisa kita baca. Kelompok freemasonry yang menjelma menjadi zionisme internasional, kemudian mendirikan negara Israel di tanah Palestina, wilayah yang sering disebut sebagai “heart land of the world”.
Bukan kebetulan juga, jika kemudian kelompok zionis mengadakan gerakan besar-besaran dari Yahudi diaspora untuk bermigrasi ke Palestina dalam rangka mendirikan negara Israel tahun 1948. Pemilihan tanah Palestina itu berdasarkan “heart land theory” yang sangat mereka yakini. Yaitu sebuah teori yang mengatakan siapa saja yang ingin menguasai dunia, harus menguasai Palestina sebagai wilayah yang secara geografis disebut sebagai jantung dunia. Padahal waktu itu Inggris sebagai pemenang PD I menawarkan wilayah selatan benua Afrika atau utara benua Amerika kepada pemuka kaum Yahudi untuk ditempati oleh Yahudi diaspora.
Karena sangat meyakini teori ini, kelompok zionis (Israel) akan berusaha semaksimal mempertahankan eksistensinya di tanah Palestina dalam rangka mewujudkan ambisinya menguasai dunia. Dan fakta menunjukkan, selama Israel berdiri AS selalu menjadi penjaga setia keberadaan Israel tersebut. Seolah mengabaikan dunia, AS selalu mendukung penuh apapun kebijakan Israel melalui kebijakan luar negerinya. Hampir dapat dipastikan, seluruh resolusi DK PBB yang merugikan Israel pasti diveto oleh AS.
Itulah wajah kebijakan AS selama berdirinya Israel. Selalu menjadi anjing penjaga yang setia bagi negeri zionis itu. Karena siapa pun presidennya selama ini selalu tidak mampu melepaskan bayang-bayang dari kelompok lobi Yahudi yang menggurita di AS. Siapa pun tahu, bahwa kelompok Yahudi adalah penentu kebijakan yang sangat berkuasa di AS. Tidak akan ada satu kebijakan AS akan diambil jika bertentangan dengan kepentingan Yahudi.
Bahtiar Krisdian" ( bahtiar_kp@hotmail.com )
sumber: www.sabili.co.id